Panwaslu Payakumbuh Belum Tetapkan Jadwal Ujian Panwascam


Payakumbuh, (ANTARA) - Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Daerah (Panwaslu) Kota Payakumbuh belum menetapkan jadwal pelaksanaan ujian bagi calon anggota Panwas kecamatan untuk menghadapi Pemilukada Payakumbuh 2012.

Ketua Panwaslu Kota Payakumbuh, Yusril Yazid, saat dihubungi melalui telpon genggamnya, di Payakumbuh, Senin, mengatakan jadwal ujian akan disesuaikan dengan tahapan Pemilukada yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat dan kesiapan anggaran.

Dia menambahkan, pihaknya belum mengetahui secara pasti kapan tahapan Pemilukada Payakumbuh dimulai.

"Informasi tentang prediksi tahapan Pemilukada Payakumbuh dimulai Januari memang telah kita ketahui. Namun itu baru prediksi, belum kepastian dari KPU Payakumbuh," sebutnya.

Selain itu, anggaran untuk Panwaslu Kota Payakumbuh saat ini juga belum cair.

"Tanpa anggaran, kita belum bisa melakukan ujian terhadap calon Panwas kecamatan," ujarnya.

Sementara untuk proses pendaftaran calon anggota Panwas kecamatan, sebutnya, telah selesai dilakukan pada tanggal 12-17 Desember.

"Sebanyak 45 Warga dari lima kecamatan di Payakumbuh mengambil formulir pendaftaran untuk menjadi Panwas kecamatan. Dari 45 orang tersebut, ada 38 orang yang mengembalikan formulir," terangnya.

Dia mengatakan, para peserta yang telah mengembalikan formulir akan diseleksi kelengkapan administrasinya dan jika lolos, akan mengikuti ujian.

Dari 38 orang itu, akan disusutkan menjadi 15 orang atau tiga orang untuk masing-masing kecamatan di Payakumbuh.

Selain 15 orang tersebut, juga akan dipersiapkan 15 orang sebagai pengganti jika terjadi permasalahan nantinya.

"Jika dilihat perbandingan jumlah pendaftaran dan tenaga yang dibutuhkan dapat disimpulkan animo masyarakat untuk berpartisipasi sebagai pengawas Pemilu cukup besar," katanya. (mik/jno)

Sabtu, Desember 24, 2011 | Posted in , | Read More »

SELAMAT HARI IBU


SELAMAT HARI IBU TAHUN  2011
Ibu, Senyummu menyejukkakan Hatiku, Pelukanmu Menenangkan Jiwaku.Semoga para ibu diberikan kekuatan Oleh Allah SWT, baik kekuatan iman, ilmu dan fisik, untuk dapat membentuk generasi yang shaleh dan sholihah untuk membangun bangsa Indonesia yang lebih baik.

(DPD PKS PAYAKUMBUH)

Kamis, Desember 22, 2011 | Posted in , , | Read More »

STRUKTUR DPD PKS PAYAKUMBUH



Kamis, Desember 22, 2011 | Posted in , | Read More »

PKS Payakumbuh terus berbenah


Untuk memaksimalkan kerja-kerja semua struktur ,DPD PKS Kota Payakumbuh kemaren hari Selasa 20 Desember 2011 mengadakan Rapat Pleno bersama Dewan Pengurus Harian (DPH) dan Ketua-ketua bidang sekaligus mengevaluasi kinerja semua bidang dalam menjalankan program amanah Mukerda April 2011 lalu.

Ketika dikonfirmasi hasil Rapat ini , Suparman selaku Ketua DPD PKS Payakumbuh menjelaskan prioritas program pada bulan ini yaitu meningkatkan intensitas pembinaan ke Struktur paling bawah yaitu pengurus DPRa sekaligus dalam waktu dekat akan mengangkat TOP (Training Orientasi Partai) untuk kader pemula, simpatisan dan pengurus Ranting.
Untuk jangka menengah akan dilaksanakan Seminar bidang Generasi muda dan Profesi guna memberikan pencerahan dalam meningkatkan taraf ekonomi kader.

(by admin)



Rabu, Desember 21, 2011 | Posted in , , | Read More »

Jadilah Pemuda Muslim yang Tangguh !



ADALAH Az Zubai bin Awwan. Ia adalah sosok pemuda teman diskusi Rasulullah, anggota pasukan berkuda, tentara yang pemberani, pemimpin dakwah Islam di zamannya dalam usia 15 tahun.

Sementara Thalhah bin Ubaidillah, seorang pembesar utama barisan Islam di Makkah, singa podium yang handal, pelindung Nabi saat perang Uhud berkecamuk dengan tujuh puluh luka tusuk tombak, donator utama fii sabilillah, mendapat julukan dari Rasulullah: Thalhah si pemurah, Thalhah si Dermawan di usianya yang masih sangat muda.

Juga Sa’ad bin Abi Wawash, seorang ksatria berkuda Muslimin paling berani di saat usianya baru menginjak 17 tahun. Ia dikenal sebagai pemanah terbaik, sahabat utama yang pertama kali mengalirkan darahnya untuk Islam, lelaki yang disebut Rasulullah sebagai penduduk surga.

Zaid bin Tsabit, mendaftar jihad fii sabilillah sejak usia 13 tahun, pemuda jenius mahir baca-tulis. Hingga Rasulullah bersabda memberi perintah: “Wahai Zaid, tulislah….”. Ia mendapat tugas maha berat, menghimpun wahyu, di usia 21 tahun.

Juga Usamah bin Zaid,  namanya terkenal harum sejak usia 12 tahun, mukmin tangguh dan muslim yang kuat, Rasulullah menunjuknya sebagai panglima perang di usianya yang ke-20 dan memimpin armada perang menggempur negara adikuasa Romawi di perbatasan Syiria dengan kemenangan gemilang.

Subhanallah…, nukilan kisah di atas bukanlah dongeng atau cerita fiktif. Mereka adalah manusia biasa yang nyata seperti kita, yang telah mengukir prestasi gemilang di masa mudanya. Merekalah adalah pemuda Islam yang mampu mengharumkan agama Allah dalam keremajaannya.

Misi Kejayaan Islam

Tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus. Jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.

Allah -Subhanahu wa Ta'ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad -kebanyakannya- membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda.

Oleh karena itulah para sahabat yang masih muda memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah -Subhanahu wa Ta'ala-.



Di antara mereka ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul Ash, Muadz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari Nabi -Shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wasallam- berbagai macam ilmu yang bermanfaat, menghafalkannya, dan menyampaikan-nya kepada ummat sebagai  warisan dari Nabi mereka. Di sisi lain ada Khalid ibnul Walid, Al-Mutsanna bin Haritsah, Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam lewat medan pertempuran jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seluruhnya mereka adalah satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada agama, ummat, dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka masih kekal sampai hari ini dan akan terus-menerus ada -dengan izin Allah- sepanjang Islam ini masih ada.

Para pemuda di zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan shahabat) jika mereka mampu untuk memperbaiki diri-diri mereka, mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada mereka yang berkaitan dengan ummat ini.

Dan bagi mereka kabar gembira dari Nabi mereka -Shallallahu alaihi wasallam- tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”

Perhatian Islam Kepada Pemuda
Agama kita Islam yang mulia ini mempunyai perhatian yang sangat besar mengenai pertumbuhan dan perkembangan para pemuda, karena merekalah yang akan menjadi tokoh di masa yang akan datang, yang akan menggantikan dan mewarisi tugas-tugas mulia kepada ummat ini.

Berikut beberapa tuntunan Islam yang berkaitan dengan pemuda;
Pertama, Islam menuntunkan setiap lelaki untuk memilih istri yang sholihah yang akan lahir darinya anak-anak yang sholeh yang selanjutnya tumbuh menjadi para pemuda yang berakhlak islami.
Kedua, memberikan nama yang baik kepada anak, karena nama yang baik itu juga memiliki makna dan pengaruh yang baik pada akhlak sang anak, karena dia merupakan lambang dari doa atau harapan orang tua kepada Allah tentang anaknya.
Ketiga, melaksanakan nasikah/aqiqah untuk anak, karena hukumnya adalah sunnah mu`akkadah dan memiliki pengaruh yang baik kepada anak.
Ketiga perkara di atas adalah tuntunan Islam kepada para pemuda di awal pertumbuhannya.
Keempat, menaruh perhatian yang besar dalam mendidik anak ketika dia sudah memasuki usia mumayyiz dan sudah mempunyai daya tangkap (paham). Mengajarkan kepada anak-anak dan para pemuda semua perkara keagamaan dari yang paling besar sampai pada perkara yang paling kecil.
Kelima, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan setiap anak ketika kedua orang tuanya atau salah satunya sudah berusia lanjut agar dia berbuat baik kepada keduanya atau kepada yang masih hidup di antara keduanya, dan agar sang anak mengingat pendidikan kedua orang tuanya kepadanya ketika dia masih kecil. Inilah yang merupakan kebaikan besar yang akan terus-menerus dikenang oleh sang anak ketika dia merasakan kebaikan dari kedua orang tuanya. Sehingga dia bisa berkata sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Wahai pemuda, sebenarnya rona kebangkitan Islam ada padamu. Maka;
1. Pelajari agama Islammu
2. Tegakkan tauhid, berantaslah syirik dan tinggalkan maksiat apaun bentuknya.
3. Tautkan hatimu dengan masjid.
4. Bersiaplah untuk berdakwah di jalan Allah.
5. Selektiflah dalam mengambil teman dekat, namun tidak kurang pergaulan.
6. Pekalah terhadap zamanmu, inderalah zaman di mana engkau berada saat ini.
7. Milikilah fisik dan jiwa yang sehat.
8. Aturlah waktumu sebaik mungkin.

Insya Allah, kalian akan menjadi agen perubahan Islam yang cemerlang. Aamiin.[Iltizam Amrullah, dirujuk dari ”Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah”].

Red: Cholis Akbar

Selasa, Desember 20, 2011 | Posted in , | Read More »

Gubernur SumBar Tandatangani Deklarasi Reformasi Birokrasi


Kehadiran Pemerintah harusnya melayani masyarakat, segala kegiatan mendahulukan kepentingan masyarakat agar, masyarakat sehat, terdidik,  bermoral dan sejahtera. Maka dedikasi moralitas biokrasi/aparatur pemerintah merupakan keharusan  dalam menunjukan disiplin, kinerja keprofesionalan dalam memberikan pelayanan prima.

Ini disampaikan Gubernur Irwan Prayitno ketika memberikan sambutan dalam Sosialisasi Reformasi Biokrasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Senin pagi (19/12) di Padang. Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara RI, Eko Prasojo,  Sekretaris Daerah, DR. Ali Asmar, MPd, para Staf Ahli Gubernur, Asisten dan Kepala SKPD di lingkungan Pemprov Sumbar.

Irwan Prayitno juga menyampaikan, selama ini birokrasi lebih menganut ajaran pemerintahan kolonial Hindia Belanda , yang dalam sejarahnya pemerintah minta dilayani oleh masyarakat. Seakan-akan jabatan adalah sebuah kekuasaan yang mesti dihormati dan disanjung-sanjung. Hal ini mungkin yang membuat kita melakukan Reformasi Birokrasi secara menyeluruh, untuk membangun pemerintahan yang baik dan bersih.

Birokrasi dan penyelenggaraan ini merupakan uang rakyat, perlu perubahan mindset (pola pikir) para biokrasi untuk memberikan yang terbaik di negeri ini untuk kesejahteraan hidup masyarakat, yang lebih bermartabat.

Oleh karena itu jadi birokrat jangan berperilaku sombong, angkuh atau suka main-main hitungan dengan masyarakat dalam menjalan pekerjaan melayani masyarakat. Untuk semua itu para birokrat mesti memiliki komitmen dan konsistensi yang jelas dalam menjalankan program pembangunan, ajaknya.

Irwan prayitno juga menyampaikan dari hasil pemetaan potensi dan kompentensi Pegawai Sumbar baru mencapai 30 persen. Hal ini juga persoalan bagi penempatan kemampuan pegawai dalam tugas yang dijalani baru pada posisi 30-31 Persen, kondisi ini mesti kita pacu peningkatannya untuk mewujudkan pelayanan prima tersebut.

Tentu dengan proses tatalaksana, sistem pelayanan, disiplin, etika aparatur  dan lain-lain yang tentu bermuara pada mewujudkan kepercayaan masyarakat, sehingga tercapai tingkat partisipasi masyarakat dalam menyukseskan pembangunan di daerah ini.

Dalam bidang pelaporan keuangan kita tahun 2011 baru mendapat “ WDP”, target setidak-tidaknya dua tahun kedepan  kita telah mampu mencapai “WTP”. Saat ini kita sedang membenahi sistem program pelaporan masing-masing unit kerja dan masing-masing program pokok, unkapnya.

 

Dalam kesempatan tersebut Wamenpan, Eko Prasojo menyampaikan keynote speaker, tentang Reformasi Birokrasi Indonesia. Puncak acara adalah penandatangan Deklarasi Reformasi Birokrasi Pemprov. Sumbar yang berisikan:

Dengan ini, kami Pegawai Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menyatakan :1. Bersungguh-sungguh untuk mewujudkan pemerintahan yang berkinerja tinggi2. Bersungguh-sungguh untuk memberikan pelayanan prima kepada pihak-pihak terkait dan3. Bersungguh-sungguh untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bebas dari korupsi, kolusi dan Nepotisme

Dengan demikian ikrar kami, sebagai pelaksana Reformasi Biokrasi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Padang, 19 Desember 2011)

Deklarasi ini ditandatangani oleh Gubernur, Wakil Gubernur, Sekdaprov, para Staf Ahli, Asisten, serta semua Kepala SKPD di lingkungan Pemprov Sumbar.

Selasa, Desember 20, 2011 | Posted in , | Read More »

Jadilah Kader Terlatih

Partai Keadilan Sejahtera adalah partai kader. Pimpinan PKS diberbagai level tidak boleh lelah menyiapkan seluruh perangkat-perangkat kaderisasi. Kader-kader PKS harus menjadi kader-kader terlatih agar sanggup menghadapi segala bentuk kompetisi. Hanya kader-kader terlatihlah yang sanggup memikul beban dakwah.Demikian wejangan (taujih) yang disampaikan Ketua Majelis Syuro PKS, KH Hilmi Aminuddin dihadapan fungsionaris Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS Bidang Wilayah Dakwah Banten, DKI Jakarta, dan Banten (Wilda Banjabar) belum lama ini di Padepokan Madani, Lembang Bandung.Menurut Hilmi, dalam setiap merancang program atau rencana kerja, maka terlebih dahulu harus melihat kedalam atau internal organisasi. Sebab dengan mengenali potensi internal itulah nantinya bisa diperhitungkan apa saja langkah-langkah keluar organsasi. Berbicara tentang potensi internal, lanjut Hilmi, maka sejatinya yang utama dan pertama adalah kader. Sebagai partai kader, maka kewajiban segenap aktifis PKS harus mempersiapkan perangkat-perangkat kaderisasi partai.Sebuah keniscayaan jika setiap fungsionaris partai kader terlibat penuh dalam langkah-langkah panjang menyiapkan kader. Kalau bukan organisasi kader, tidak ada perlunya menyiapkan langkah-langkah begitu panjang, menyiapkan personel dakwah. Dan sudah barang tentu, output yang diinginkan adalah kader-kader terlatih di segala bidang. Jika dia lebih condong atau diproyeksikan ke bidang sosial, maka jadilah kader yang terlatih dan menguasai persoalan-persoalan di bidang sosial. Jika dia menjadi politisi baik sebagai anggota legislatif maupun kepala daerah, maka dia harus terlatih saat berhadapan atau berkomunikasi dengan publik.“Politisi harus bisa menguasai public speaking, sebagai bagian dari komunikasi dengan rakyat luas. Saya sering mendengar, masih banyak aleg-aleg kita banyak yang tidak “bunyi” di DPR/DPRD. Atau kalaupun bunyi malah meninggalkan persoalan,” ujar Hilmi.Indonesia di era demokrasi seperti saat ini menyajikan ruang dan peluang terbuka bagi siapapun. Bagi PKS, demokrasi bisa dimaknai sebagai ruang-ruang yang harus dimasuki untuk mendapatkan peluang-peluang yang terbuka itu. Dan untuk bisa menangkap banyak peluang itu diperlukan keterampilan dan kualitas agar bisa berkompetisi.Sebagai kader dakwah, maka kader PKS harus siap berkompetisi untuk menjadikan al haq (kebenaran) menjadi sesuatu yang dominan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebaliknya jika gagal menampilkan al haq dalam pentas kehidupan bangsa, maka kebatilanlah yang akan dominan dan menguasai kehidupan bangsa ini.Sebagai syarat memiliki daya saing, pengalaman di lapangan sebagai medan latihan, adalah hal mutlak untuk menghasilkan kualitas dan profesionalitas dalam berkompetisi. Oleh karena itu jangan pernah lewatkan berbagai sarana latihan termasuk melatih kepedulian dan keterampilan membantu masyarakat di lokasi-lokasi bencana. Dalam mitigasi bencana itu dibutuhkan kesiapsiagaan, kemampuan berkoordinasi serta menyelesaikan masalah di lapangan. Dan itu adalah sarana terbaik untuk meningkatkan capacity building kader. Ibarat intan sinarnya akan muncul jika selalu digosok.“Saya terkesan dengan sebuah kalimat yang terpampang di gedung Markas Kopassus TNI AD, Cijantung yang berbunyi, kami bukan prajurit terbaik namun kami adalah prajurit terlatih”, demikian Hilmi menyontohkan.Ia pun meminta Wilda mendorong struktur di wilayah-wilayah maupun di daerah-daerah agar mempersiapkan kader-kadernya dengan berbagai macam pelatihan-pelatihan. Hal itu dimaksudkan agar kader memiliki kemampuan qudrot ala tahammul atau kemampuan memikul beban. (SL)Sumber : http://pkspiyungan.blogspot.com/2010/12/jadilah-kader-terlatih.

Senin, Desember 19, 2011 | Posted in , , | Read More »

LOGO HEADER




Senin, Desember 19, 2011 | Posted in | Read More »

Sekilas Kota Payakumbuh


Sejarah

Kota Payakumbuh terutama pusat kotanya dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda yang dimulai sejak keterlibatan mereka dalam perang Padri, dan kemudian kawasan ini berkembang menjadi depot atau kawasan gudang penyimpanan dari hasil tanam kopi dan terus berkembang menjadi salah satu daerah administrasi distrik pemerintahan kolonial Hindia-Belanda waktu itu.[3]

Menurut tambo setempat, dari salah satu kawasan di dalam kota ini terdapat suatu nagari tertua yaitu nagari Aie Tabik dan pada tahun 1840, Belanda membangun jembatan batu untuk menghubungkan kawasan tersebut dengan pusat kota sekarang.[4] Jembatan itu sekarang dikenal juga dengan nama Jembatan Ratapan Ibu.

Pemerintahan

Kota Payakumbuh sebagai pemerintah daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956 tanggal 19 Maret 1956, yang menetapkan kota ini sebagai kota kecil.[5] Kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 tahun 1970 tanggal 17 Desember 1970 menetapkan kota ini menjadi daerah otonom pemerintah daerah tingkat II Kotamadya Payakumbuh. Selanjutnya wilayah administrasi pemerintahan terdiri atas 3 wilayah kecamatan dengan 73 kelurahan yang berasal dari 7 jorong yang terdapat di 7 kanagarian yang ada waktu itu, dengan pembagian kecamatan Payakumbuh Barat dengan 31 Kelurahan, kecamatan Payakumbuh Timur dengan 14 kelurahan dan kecamatan Payakumbuh Utara dengan 28 kelurahan.

Pada tahun 2008, sesuai dengan perkembangannya maka dilakukan pemekaran wilayah kecamatan, sehingga kota Payakumbuh memiliki 5 wilayah kecamatan, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan.

Adapun wilayah kecamatan yang baru tersebut adalah kecamatan Lamposi Tigo Nagari, yang terdiri dari 6 kelurahan dalam kanagarian Lampasi dan Kecamatan Payakumbuh Selatan, yang terdiri dari 9 kelurahan dalam 2 kanagarian yaitu Limbukan dan Aur Kuning. Sedangkan kecamatan Payakumbuh Barat terdiri dari 22 kelurahan dalam kanagarian Koto Nan IV. Kecamatan Payakumbuh Timur terdiri dari 14 kelurahan dalam 3 kanagarian, yaitu Aie Tabik, Payobasuang dan Tiakar. Kecamatan Payakumbuh Utara terdiri dari 25 kelurahan dalam kanagarian Koto Nan Godang.[6]

Geografi

Kota Payakumbuh berada pada hamparan kaki gunung Sago, dilalui oleh 3 buah sungai yang bernama Batang Agam, Batang Lampasi dan Batang Sinama. Wilayah administratif kota ini dikelilingi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota. Kota ini berada dalam jarak sekitar 30 km dari Kota Bukittinggi atau 120 km dari Kota Padang dan 188 km dari Kota Pekanbaru.

Keadaan topografi daerah kota ini terdiri dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian 514 meter diatas permukaan laut, dan suhu rata-rata berkisar antara 26 °C serta kelembahan udara antara 45 hingga 50 %. Curah hujan per tahun sekitar 1507 mm dengan jumlah hari hujan adalah 85 hari.

Untuk penggunaan lahan di Kota Payakumbuh, sekitar 62.1 % adalah tanah kering, dengan 47.0 % merupakan usaha pertanian, 28.0% tanah bangunan dan halaman serta sisanya berupa hutan negara, dan semak belukar. Sementara penggunaan lahan untuk persawahan adalah sebesar 37.9 %.

Kependudukan

Kota ini didominasi oleh etnis Minangkabau, namun terdapat juga etnis Tionghoa, Jawa dan Batak, dengan jumlah angkatan kerja 50.492 orang dan sekitar 3.483 orang diantaranya merupakan pengangguran[2]. Di tahun 1943 etnis Tionghoa di kota ini pernah mencapai 2.000 jiwa dari 10.000 jiwa total populasi masa itu.[7]

Kesehatan

Untuk meningkatkan taraf kesehatan, pemerintah kota Payakumbuh telah membangun sebuah rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adnaan WD dan juga mendirikan 6 buah puskesmas dan 23 puskesmas pembantu.[9]

Selain itu di kota ini juga terdapat sebuah rumah sakit swasta yang bernama Rumah Sakit Yarsi.

Perhubungan

Kota ini termasuk kota penghubung antara kota Padang dengan kota Pekanbaru, dari kota ini dapat juga terhubung ke jalur lintas tengah Sumatera tanpa mesti melewati kota Bukittinggi. Terminal Koto Nan Ampek merupakan terminal angkutan darat yang terdapat di kota ini.

Saat ini tengah dibangun jalan lingkar luar bagian utara (10,45 km) dan selatan (15,34 km) dikenal dengan Payakumbuh Bypass untuk memudahkan akses transportasi tanpa harus melalui pusat kota dan untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Pembangunan jalan ini berasal dari dan pinjaman pemerintah pusat kepada Bank Pembangunan Asia (ADB).[10]

Perekonomian

Kota Payakumbuh sebagai kota persinggahan, menjadikan sektor jasa dan perdagangan menjadi sektor andalan. Namun sektor lain seperti pertanian, peternakan dan perikanan masih menjanjikan bagi masyarakat kota ini[11] karena didukung oleh keadaan tanahnya juga terbilang subur.

Untuk menjadikan kota ini sebagai sentra perdagangan selain dengan meningkatkan pasar-pasar tradisional yang ada selama ini, pemerintah setempat bersama masyarakatnya mencoba membangun sistem pergudangan untuk mendukung aktivitas perdagangan yang modern. Saat ini kota Payakumbuh telah memiliki sebuah pasar modern yang terletak di jantung kotanya.

Sementara industri-industri yang ada di kota ini baru berskala kecil, namun telah mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, diantaranya sulaman bordir dan songkok/peci.[12]

Pelayanan umum

Pelayanan air minum di Kota Payakumbuh yang dilayani oleh PDAM Payakumbuh yang berasal dari 3 buah sumber air yakni Mata Air Batang Tabit berkapasitas terpasang 80 liter/detik, Mata Air Sikamuruncing 10 liter/detik dan Mata Air Sungai Dareh berkapasitas 60 liter/detik. Kota Payakumbuh mempunyai tiga buah instalasi pengolahan air bersih dengan kapasitas sumber yang diproduksi sebanyak 166,779 m³/bulan dengan kebocoran sekitar 30,60%.[13]

Sementara dalam penanganan sampah, pemerintah kota memanfaatkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berada di Kelurahan Kubu Gadang, dan timbulan sampah tersebut baru dapat dikelola sebanyak 187,7 m³/hari, sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah sekitar 389,57 m³/hari.

Pariwisata

Kota Payakumbuh dikenal memiliki makanan khas diantaranya botiah dan galamai, selain itu terdapat juga makanan khas lainnya seperti boreh rondang, kipang, rondang boluk, rondang tolua dan martabak tolua. Pada nagari Tiakar dikenal makanan khasnya bernama paniaram yaitu kue dari beras ketan di campur gula enau.

Beberapa kawasan wisata di kota ini antara lain Ngalau Indah, Ngalau Sompik, Puncak Simarajo, Panorama Ampangan dan sebagainya. Selain itu pertunjukan Pacu Itik merupakan tradisi yang setiap tahunnya diselenggarakan pada nagari-nagari yang ada dalam kota ini juga menjadi salah satu atraksi pariwisata di kota ini.

Olahraga dan Budaya

Masyarakat kota ini memiliki klub sepak bola yang dikenal dengan nama Persepak Payakumbuh yang bermarkas pada Stadion Kapten Tantawi.

Olahraga pacu kuda juga merupakan pertunjukan yang paling diminati oleh masyarakat kota ini, dan biasa setiap tahunnya diselenggarakan pada gelanggang pacuan kuda yang bernama Kubu Gadang yang sekarang menjadi bahagian dari komplek GOR M.Yamin.

Kota Payakumbuh memiliki beberapa pertunjukan tradisional, diantaranya tarian-tarian daerah yang bercampur dengan gerakan silat serta diiringi dengan nyanyian, dan biasa ditampilkan pada waktu acara adat atau pergelaran seni yang disebut dengan randai.[14] Salah satu kelompok randai yang terkenal diantaranya dari daerah Padang Alai, yang bernama Randai Cindua Mato.

Masyarakat kota Payakumbuh juga terkenal dengan alat musik jenis Talempong, yaitu sama dengan alat musik gamelan di pulau jawa, yang biasa ditampilkan dalam upacara adat, majlis perkawinan dan lain sebagainya. Selain itu alat musik lain yang masih dijumpai di kota ini adalah Saluang, yaitu sejenis alat musik tiup atau sama dengan seruling.

*)http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Payakumbuh

Senin, Desember 19, 2011 | Posted in | Read More »

PKS Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup

JAKARTA - Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR, Al Muzzammil Yusuf mengusulkan penggunaan sistem proporsional tertutup termasuk di dalamnya pemilu internal partai politik sebagai sistem terbaik untuk pemilu ke depan.

“Setelah melalui kajian mendalam di internal Fraksi PKS, akhirnya kami memutuskan untuk mengusulkan sistem proporsional tertutup yang diawali dengan pemilu internal partai politik,” kata Al Muzzammil Yusuf, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Jumat (16/12).

Usulan sistem proporsional tertutup diajukan lanjutnya, setelah mengetahui banyaknya kekurangan pada sistem proporsional terbuka yang diterapkan pada Pemilu 2009. Diantanya posisi partai politik lemah, caleg cenderung individualistik, biaya kampanye yang mahal karena setiap calon beriklan, sulitnya rekapitulasi hasil pemilu karena rumit.

“Ini semua mendorong manipulasi hasil pemilu oleh calon dan penyelenggara. Sehingga Pemilu 2009 kemarin paling rumit dibandingkan pada 1999 dan 2004. Untuk itu diperlukan penguatan posisi partai politik tanpa mengabaikan aspirasi publik”. ungkap Muzzammil.

Argumentasi lainnya, menurut Muzzammil, karena selama ini pengambilan keputusan di DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota ditentukan oleh fraksi yang merupakan wujud dari kekuasaan partai politik di DPR, bukan individu. “Untuk itu yang dibutuhkan oleh partai politik adalah orang-orang yang menjiwai ideologi dan program partainya,” ujar anggota DPR asal Dapil I Lampung itu.

Kendati demikian, Muzzammil memahami kekhawatiran para pengamat politik dari sistem proporsional tertutup adalah oligarki elit partai politik. “Untuk itu PKS mengusulkan sebelum pemilu harus didahului dengan pemilu internal partai politik (preliminary election) yang melibatkan kader dan struktur partai politik di daerah dan di pusat,” alasan Anggota Komisi I DPR RI itu.

Pemilu internal ini, akan menjadi dasar penyusunan daftar calon anggota legislatif peserta pemilu. Dengan cara ini, maka kader-kader yang berpengalaman, memiliki kapasitas, berkontribusi, dan loyal yang akan terpilih sesuai dengan amanat UU Partai Politik yang menghendaki kader internal partai sendiri untuk maju dalam Pemilu dan duduk sebagai anggota legislatif, imbuhnya.

“Jika ini diterapkan maka pemilu ke depan akan memunculkan kader-kader terbaik partai politik yang duduk di legislatif, bukan semata individu yang populer dan memiliki dana kampanye yang besar.” pungkas Muzzammil. (fas/jpnn)

*)SUMBER:http://www.jpnn.com/read/2011/12/16/111452/PKS-Usulkan-Sistem-Pemilu-Proporsional-Tertutup-

Senin, Desember 19, 2011 | Posted in , , | Read More »

10 Kiat Efektif Mentadabburi Al-Quran

1. Rawat Hati : Artinya bahwa hati adalah alat untuk memahami AL Quran. Sedangkan hati berada ditangan Allah SWT yang sifatnya berbolak balik sesuai dengan kehendak Allah SWT. Terkadang dalam keadaan Taqwa namun suatu saat bisa saja berubah menjadi durhaka. Seorang pembaca Al Quran sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT didalam merawat hati. Jika hati selalu terawat, maka pesan Al Quran akan mudah meresap kedalam jiwa. Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memusatkan hati dan fikiran pada saat menerima sinyal-sinyal robbani. Bagaimana mungkin sinyal-sinyal robbani akan bisa diterima dengan baik jika penerima sinyal ( hati –red) dalam kondisi rusak. Rusak karena virus dunia yang menghancurkan sistem security didalam jiwa. Maka, mintalah kepada Allah SWT agar diberikan hati yang jernih, hati yang hidup, hati yang senantiasa terawat dan terjaga. Begitu banyak doa-doa yang bisa kita ungkapkan dihadapan Nya. Salah satu doa tersebut adalah “ Yaa Muqollibal Quluub Tsabbit Qolbii Alaa diiinik.” 2. Tujuan atau Urgensi : Maksudnya adalah agar kita senantiasa menghadirkan dalam benak kita, “ Untuk apa saya membaca Al Quran “ Apakah untuk sekedar memenuhi target khataman ? Apakah karena dorongan pahala yang menjanjikan dengan 10 kebaikan pada tiap hurufnya ? Atau karena tugas harian yang dibebankan ? Beragam motivasi yang kita miliki. Maka beragam pula manfaat yang kita dapatkan. Manfaat Al Quran akan lebih terasa jika kita bertujuan agar mendapatkan Informasi berharga dari Al Quran yang bisa kita gunakan didalam menjalankan System Operasi Kehidupan Manusia. 3. Shalat: Sangat dianjurkan sekali proses tadabbur Al Quran dilakukan didalam Solat. Merenungkan bacaan demi bacaan akan lebih mudah dilakukan pada saat solat dibandingkan diluar solat. Kita dituntut untuk menghadirkan hati kita, mengkhusyu’kan jiwa-jiwa kita, memusatkan konsentrasi kita. Kesempatan meraih suasana jiwa seperti ini lebih besar didapatkan ketika kita sedang melakukan solat.Alloh Ta’ala berfirman : وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَّحْمُوداً Artinya : “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (Al-Isra’:79) Rosululloh SAW bersabda : “لا حسد إلا في اثنتين رجل أتاه الله القرآن فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار ، ورجل آتاه الله مالا فهو ينفقه آناء الليل وآناء النهار”. متفق عليه Artinya : “Tidak ada hasad kecuali pada dua orang; seseorang yang Alloh anugerahkan Al-Qur’an kemudian dia berdiri membacanya sepanjang siang dan malam, dan seseorang yang Alloh anugerahkan harta kemudian dia menginfaqkannya sepanjang siang dan malam”. (Muttafaqun ‘alaih) 4. Malam: Waktu yang paling tepat untuk mentadabburi Al Quran adalah waktu malam hari. Dan inilah Fitrahnya. Allah menciptakan malam salah satu tujuannya adalah sebagai waktu istirahat. Bukan hanya istirahat fisik, namun juga istirahatnya jiwa. Dengan suasana jiwa dalam keadaan tenang, bebas dari kesibukan duniawi, membuat sinyal-sinyal robbani akan menguat sehingga mudah ditangkap oleh penerima sinyal yaitu hati manusia.Al-Hasan bin Ali RA berkata : Sesungguhnya orang sebelum kalian melihat Al-Qur’an adalah surat-surat dari Rob mereka, maka mereka mentadabburinya pada waktu malam, dan mereka mencarinya pada waktu siang. (At-Tibyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an, hal.29)Asy-Syaikh Asy-Syinqithi berkata : Al-Qur’an tidak akan kokoh di dalam dada, dan tidak akan mudah difahami kecuali berdiri di tengah malam. (Muqoddimah Adhwaa’ul Bayaan : 4) 5. Minggu: Hendaklah setiap kita mempunyai target untuk mengkhatamkan Al Quran setiap Minggu. Bagi kebanyakan orang memang sangatlah berat. Berat atau tidak sifatnya sangatlah relatif. Karena banyak juga orang yang mampu mengkhatamkan kitab-kitab novel yang tebalnya lebih dari Al Quran hanya dalam waktu satu hari. Mengapa bisa? Karena mereka menikmati bacaannya. Jika sudah menikmati, yang terasa berat menjadi sangatlah ringan untuk dilakukan. Tentu saja ini dilakukan dengan proses. Setahap demi setahap. Target khataman 3 bulan sekali. Meningkat menjadi 2 bulan sekali. Meningkat lagi ke sebulan sekali. Setelah terbiasa, khataman seminggu sekali akan terasa mudah untuk dilakukan. 6. Hafalan:Hendaklah setiap kita membaca Al Quran dengan hafalan. Mengapa? Membaca dengan menghafal akan memudahkan hati dalam meresapi bacaan. Apalagi bacaan dilakukan didalam solat. Mana mungkin bisa konsentrasi jika solat dalam keadaan membolak balik mushaf. Disibukkan dengan huruf dan lembaran kertas.Tujuan utama menghafal Al-Qur’an adalah berdiri sholat dengan membacanya sepanjang siang dan malam, dan tujuan berdiri ini adalah menjaga apa yang terkandung di dalamnya berupa ilmu tentang Alloh dan hari akhir, ilmu itu yang akan mewujudkan kehidupan yang baik bagi manusia, mewujudkan kekokohan dalam krisis, kekuatan untuk ummat dalam menghadapi musuh-musuhnya, inilah tujuan utama untuk menghafal Al-Qur’an yang semestinya difokuskan oleh orang-orang yang bergerak dalam bidang pendidikan.Sesungguhnya menghafal lafadz adalah sarana dan bukan tujuan, yaitu sarana untuk menghafal makna, dan mengambil manfaat untuk kehidupan, adapun hanya menghafal lafadz-lafadz maka itu adalah sebuah kekurangan dalam hak Al-Qur’an Al-‘Adzim, itu adalah penyelewengan dari jalan yang lurus dalam menjaganya dan mengambl manfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat. 7. Mengulang ulang: Hendaklah setiap kita mengulang ayat-ayat sampai benar-benar meresap kedalam jiwa. Semaking sering sebuah lafazh diulang maka semakin mudah memahami sebuah makna.Tanpa disadari, pengulangan sebuah Lafaz dapat melahirkan pengagungan dan ketakjuban dari apa yang dibaca. Sebagai contoh, jika seseorang merasa takjub terhadap sebuah kisah atau kalimat, maka ia akan mengulang-ngulangnya sendiri, ataupun untuk orang lain.Abu Dzar RA berkata, Nabi SAW berdiri dengan satu ayat dan beliau mengulang-ulangnya sampai shubuh : إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Artinya : “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Maidah:118) Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Al-Hakim, dan beliau menshohihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabi, dan dihasankan oleh Al-Albani. Al-Hasan Al-Bashri pada suatu malam mengulang-ngulang ayat berikut sampai shubuh : وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ Artinya : “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Alloh, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (An-Nahl:18) Beliau ditanya tentang hal itu dan mengatakan : Sesungguhnya di dalamnya ada tempat untuk mengambil pelajaran, kami tidaklah mengangkat dan tidak pula menolaknya kecuali berada dalam kenikmatan, dan kami tidaklah mengetahuinya kecuali dari kenikmatan-kenikmatan Alloh itu lebih banyak. (Mukhtashor Qiyamul Lail, Karya Al-Marwazi, hal.151) 8. Mengaitkan: Hendaklah setiap kita selalu mengaitkan setiap bacaan dengan realita kehidupan kita. Caranya dengan mengimplementasikan Al Quran didalam waktu hidupnya malam ataupun siang. Dengan cara seperti ini Al Quran akan selalu hidup didalam hatinya. Setiap realita hidupnya selalu sejalan dengan yang diarahkan oleh Al Quran. Setiap ada persoalan selalu ada jawabannya dari Al Quran. 9. Membaca dengan perlahan:Janganlah tergesa-gesa didalam membaca ayat ayat Nya. Hanya karena menginginkan target khatamannya tercapai.Alloh Ta’ala berfirman : وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً Artinya : “Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)”. (Al-Muzammil:4) Ibnu Katsir berkata : Bacalah Al Quran dengan perlahan karena hal itu akan membantu untuk memahami Al Quran dan Mentadabburinya. Dan dengan cara seperti inilah Rosulullah membaca Al Quran. Aisyah berkata : “Beliau membaca Al Quran dengan tartil seolah-olah menjadi surat terpanjang.” 10. Mengeraskan suara: Karena sesungguhnya mengeraskan suara lebih membantu untuk konsentrasi dan perhatian.Dari Abu Hurairah RA , Nabi SAW bersabda : عن أبي هريرة رضي الله عنه : قال النبي صلى الله عليه وسلم : “ليس منا من لم يتغن بالقرآن يجهر به”. رواه البخاري Artinya: “Bukanlah bagian dari golongan kami orang yang tidak melagukan Al-Qur’an dan mengeraskannya”. (HR. Al-Bukhori)Sumber: Dr. Khalid Abdul Karim al-Halim (Kitab Mafatih Tadabburil Qur’an)

Senin, Desember 19, 2011 | Posted in , | Read More »

Dianjurkan Salat Kusuf saat Gerhana Bulan Malam Minggu Ini

Gerhana bulan total yang akan berlangsung pada Sabtu (10/12) malam ini disikapi wajar oleh Kader PKS Kota Payakumbuh. Adanya gerhana bulan ini dianggap sebagai fenomena alam.Menurut informasi peristiwa langka ini akan berlangsung sekitar jam 20.00-24 wib.Ketua Bidang Kaderisasi PKS Paykumbuh Ust Agus Gunawan mengutarakan, kejadian semacam itu hanyalah siklus alam yang sepatutnya disikapi secara wajar. Kendati demikian, Ust Agus Gunawan menilai ada yang menarik dari kejadian gerhana bulan ini. Dimana muncul pada bulan Muharram atau tahun baru Islam.Menyikapi gerhana sendiri, umat Islam menurutnya harus mengambil hikmah untuk semakin mendekatkan diri dan menghambakan diri dengan Sang Pencipta. Dianjurkan umat muslim melakukan salat gerhana bulan (kusuf). Pelaksanaannya sendiri,lazimnya dilakukan di masjid, kali ini kader PKS memusatkan kegiatan di Masjid Mukhlisin Daya bangun Payakumbuh"Kami menganjurkan untuk melaksanakan salat kusuf. Waktunya mulai pada saat gerhana bulan muncul sampai selesai (hilang). Itu adalah sunah Rasul," kata Agus Gunawan, Siang tadi (10/12) .

Sabtu, Desember 10, 2011 | Posted in , | Read More »

Apa Makna Reshuffle bagi PKS?

oleh: Cahyadi TakariawanReshuffle ? Begitu pentingkah kita bicarakan ? Mungkin karena terlalu banyak membaca media, kita menjadi merasa penting berbicara soal reshuffle. Semua media tengah ramai membicarakannya. Semua media berspekulasi tentang segala sesuatu yang tidak ada kepastiannya. Agar tidak terseret ke dalam kisaran pembicaraan yang bersifat spekulatif, kita awali dulu dengan landasan yang menyebabkan PKS melakukan koalisi.Sebagaimana diketahui, koalisi PKS dengan Pemerintahan SBY dimulai sejak proses pemilihan calon Presiden tahun 2004. Setelah berhasil menang menjadi Presiden RI, koalisi ini dikukuhkan dengan Kontrak Koalisi yang berisi ikatan nilai dan ikatan kerja untuk Indonesia.Pada proses pemilihan calon Presiden tahun 2009, kembali PKS mendukung SBY. Ketika SBY berhasil memenangkan pemilihan calon Presiden untuk periode kedua, PKS mengukuhkan koalisi dengan Kontrak Koalisi yang isinya sangat detail. Sebuah Kontrak Koalisi untuk membangun Indonesia berdasarkan suatu platform yang disepakati bersama dengan SBY.Dalam perjalanan dua kali membuat Kontrak Koalisi dengan SBY, tentu saja banyak dinamika di sepanjang perjalanannya. Beberapa kali PKS dikecewakan oleh sikap SBY yang membuat kebijakan tidak populis, dan tidak mengajak pimpinan PKS untuk berbicara. Seperti saat mengambil kebijakan kenaikan harga BBM, dan saat menentukan calon wakil Presiden yang akan mendampinginya pada periode kedua pemerintahan sekarang ini. Sama sekali tidak mengajak berbicara PKS sebagai mitra koalisi, yang berkali-kali disebut sendiri oleh SBY sebagai “back bone”.Belum lagi beberapa poin Kontrak Koalisi yang tidak bisa dilaksanakan dan tidak dipenuhi oleh SBY, seperti adanya tiga lapis komunikasi dalam koalisi. Ternyata komunikasi yang terjadi, tidak sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Dampak dari komunikasi yang tidak berjalan sesuai harapan ini, muncullah berbagai ketidakserasian dalam perjalanan yang akhirnya menimbulkan banyak sorotan publik.Di antara bentuk komunikasi yang disepakati dalam Kontrak Koalisi itu adalah adanya pertemuan rutin antara pimpinan Parpol pendukung koalisi dengan SBY. Dalam forum inilah semestinya dibahas berbagai hal strategis dan hal-hal sensitif dalam mengelola pemerintahan. Dengan demikian akan selalu terjamin adanya satu kata dalam memahami arah kebijakan, antara SBY dengan semua pimpinan Parpol peserta koalisi. Tidak akan terjadi salah paham dan perbedaan dalam membaca arah kebijakan SBY.Sayang pertemuan rutin antar pimpinan Parpol yang dikoordinasikan oleh SBY ini tidak berjalan sesuai harapan. Tidak ada koordinasi dan diskusi yang dilakukan oleh SBY dengan para pimpinan Parpol. Dampaknya, ketidakharmonisan segera tampak di permukaan, misalnya saat SBY memberikan pernyataan tentang reshuffle menteri dan ditanggapi secara terbuka oleh Sekjen PKS, Anis Matta.Hak Prerogatif PresidenReshuffle Menteri adalah hak prerogatif Presiden. Ungkapan ini semestinya tidak perlu diulang-ulang, karena memang sudah tertuang dalam peraturan perundangan. Namun dalam rangka menjaga keutuhan dan kekompakan koalisi, semestinyalah hak prerogatif tersebut ditempatkan sebagai sentuhan akhir, setelah meminta masukan dan mendengar pendapat mitra koalisi.Reshuffle bisa saja dilakukan secara berkala atau bahkan rutin, jika memang ada alasan logis yang harus diselesaikan dengan cara reshuffle. Namun pertanyaannya, benarkan reshuffle menjadi solusi ? Apakah sebenarnya akar persoalan ketidakefektifan kabinet ? Apakah faktor personal para menteri yang under-capacity, atau karena faktor manajemen pengelolaan kabinet alias mismanajemen, atau justru karena tidak jelasnya direction terhadap para menteri yang ada di kabinet ?Jika akar persoalan terletak pada faktor personal menteri yang under-capacity, maka mengganti menteri dengan personal yang memiliki kapasitas memadai tentu menjadi solusi. Namun kalau problemnya justru terletak pada tidak adanya direction yang jelas, serta kelemahan dalam manajemen kabinet, maka para menteri diganti seribu kali juga tidak akan membawa perubahan yang berarti. Yang diperlukan adalah penguatan manajemen kabinet, penguatan koordinasi, konsolidasi dan sinergitas antar kementrian; bukan pergantian menteri.Apalagi kalau pergantian menteri dilakukan hanya karena Presiden merasa sakit hati terhadap pernyataan seorang pimpinan partai politik pendukung koalisi. Ini alasan yang amat sentimentil dan emosional. Tentu saja semakin jauh dari harapan perbaikan. Menjadi Presiden harus siap dengan berbagai kritik dan masukan dari berbagai kalangan, karena itulah yang akan semakin memperkaya khasanah dalam pengelolaan pemerintahan.Namun sekali lagi, reshuffle adalah hak proregatif Presiden. Sepertinya inilah satu-satunya alasan mengapa ada reshuffle saat ini.Siap Bekerja Dimanapun BeradaBagi PKS, mendapatkan empat posisi kementrian bukanlah anugerah yang istimewa. Itu peristiwa yang wajar saja dalam dunia perpolitikan. Anugerah yang istimewa bagi PKS adalah ketika mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi kebaikan negeri. Posisi kementrian itu didapatkan tidak semata-mata karena porsi kerja yang dilakukan dalam pemenangan SBY saat proses pemilihan calon Presiden tahun 2009, namun juga karena kapasitas kader PKS yang diusung menjadi menteri sesuai dengan standar kelayakan sebagai pejabat publik.Artinya, bagi PKS mendapatkan posisi di legislatif dan eksekutif dimaknai sebagai lahan untuk bekerja dan berkarya bagi Indonesia. Posisi dalam jabatan publik itu sesuatu yang bisa datang dan pergi. Satu periode tertentu bisa mendapatkan posisi tertentu di kabinet dan parlemen, pada periode lainnya posisi itu bisa saja berubah. Bisa bertambah bisa berkurang, tergantung kepercayaan masyarakat terhadap kinerja PKS dan para kadernya yang menduduki posisi jabatan publik.Isu paling santer saat ini, salah seorang menteri dari PKS akan terkena reshuffle. Uniknya, alasan yang melatarbelakangi reshuffle ini sangat tidak transparan. Karena hak prerogatif, maka alasannya pun menjadi bagian dari hak tersebut. Namun seluruh kader PKS yang duduk di kabinet telah memiliki kesiapan sepenuhnya untuk mendapatkan arahan dari pimpinan partai, apakah akan tetap berkarya melalui kabinet atau berkarya di luar kabinet. Soal reshuffle tidak menjadi isu yang meresahkan para menteri dari PKS.Seluruh menteri dari PKS telah bekerja dengan serius dan sangat bersungguh-sungguh di kementrian masing-masing. Berbagai prestasi pun didapatkan, dan menjadi kontribusi yang berarti bagi negeri ini. Namun bukan berarti mereka tidak siap meninggalkan posisi kementrian tersebut. Jika memang dirinya yang terkena reshuffle, dengan legowo akan ditinggalkannya posisi kementrian, dalam rangka berkarya di bidang yang lain.Demikian pula sikap para pimpinan dan kader PKS. Semua menyatakan kesiapan untuk bekerja dan berkarya untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dimanapun berada. Apakah di dalam kabinet atau di luar kabinet, apakah di dalam parlemen atau di luar parlemen, hal itu tidak menjadi persoalan utama. Seluruh pimpinan dan kader PKS akan terus bekerja demi kebaikan dan kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Namun yang menjadi komitmen PKS adalah, saat ini masih terikat kontrak koalisi dengan SBY hingga tahun 2014. Kontrak ini tidak akan dikhianati, atau dibatalkan secara sepihak oleh PKS. Jika SBY mengingkari poin-poin kontrak tersebut, itu adalah “hak prerogatif”nya, yang tentu akan selalu diingatkan oleh PKS. Sudah menjadi kewajiban bagi PKS sebagai mitra koalisi untuk mengingatkan SBY agar selalu berada dalam koridor kontrak.Intinya Adalah Kontribusi Terbaik untuk NegeriBagi PKS, persoalannya adalah bagaimana masa depan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia tercinta. Soal reshuffle itu hanyalah kembang-kembang dalam perjalanan mengelola pemerintahan dalam format koalisi. Itu bukan persoalan hakiki. Yang menjadi persoalan hakiki adalah, apabila PKS sudah tidak mampu memberikan kontribusi kebaikan bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.Jadi, silakan saja jika ada menteri dari PKS yang diganti. Itu bukan persoalan yang ditakuti. PKS akan selalu berkontribusi bagi kebaikan negeri ini, dengan berbagai format yang memungkinkan. Ada sangat banyak hal yang bisa dilakukan untuk memberikan karya nyata bagi negeri, walau tidak menjadi menteri. Kehadiran PKS di Indonesia tidak ada tujuan lain, kecuali berkontribusi memperbaiki kondisi masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Maka, di dalam kabinet ataupun di luar, misi itu akan selalu dilaksanakan.Apalagi yang membanggakan bagi semua kader PKS, kecuali kontribusi terbaik untuk membangun negeri ini?Sumber : http://pkspiyungan.blogspot.com/2011/10/apa-makna-reshuffle-bagi-pks.html

Kamis, Oktober 20, 2011 | Posted in , , , | Read More »

Halal bi Halal DPD PKS Payakumbuh


Dakwah di Aquarium atau Lautan....

Kita adalah Partai Militer bukan Partai Sipil......( mengutip pidato Tifatul Sembiring)Sehingga kader PKS harus siap untuk melakukan tugas kapan saja sesuai dengan posisi masing-masing tanpa harus banyak mempertanyakan kenapa undangan rapatnya selalu terlambat ? :)

Itu adalah sekelumit ungkapan semangat yang disampaikan ust. Wardi Munir selaku Muwajih pada acara Silaturrahim Lebaran (Halal bi halal) di DPD PKS Kota Payakumbuh hari Minggu kemaren. Acara yang dihadiri sekitar 100 orang kader PKS Payakumbuh ini cukup meriah walau tanpa hidangan makan siang tapi kaum ibu-ibu cukup semangat membawa aneka macam kue yang dihidangkan pada acara ini.. Cuma agak di sayangkan tak seorangpun Aleg PKS Payakumbuh yang hadir di acara ini karena dinas luar kota khabarnya.

Seiring perjalanan waktu dakwah ini terus mengalami perubahan walau selalu ada dampak positif dan negatifnya tergantung kita selaku kader menyikapi perubahan tersebut. Ibarat ikan dakwah ini sekarang sudah memasuki lautan luas yang tentu saja mempunyai peluang amal yang lebih banyak namun sebaliknya juga mempunyai tantangan lebih besar. Kalau kita terlena dengan banyaknya mutiara maka kita juga harus bersiap untuk di sergap ikan hiu begitulah realita yang dihadapi saat ini.

Kalau boleh bernostalgia dikit...hehedulu...kalau lebaran hampir semua rumah kader bisa dikunjungi sehingga ukhuwah begitu kental terasa...katanya, sekarang ...alhamdulillah semuanya masih sempat dikunjungi walau cuma lewat SMS doang ...

Tapi sekali lagi itulah realita, kalau 15 tahun lalu jumlah kader di Payakumbuh masih bisa dihitung jari sekarang tentu semuanya juga sudah berbeda sesuai perkembangan sehingga akhirnya ada kader yang lupa terdata.

Mengambil hikmah dari Acara ini setidaknya semua kader bisa berkumpul untuk terus menjalin tali silaturrahim,walau tak sempat dikunjungi atau mengunjung saat lebaran sehingga tak ada buruk sangka di antara kita`...Dalam kondisi ini antum harus terus mempersiapkan diri karena dakwah kita sudah berada di tengah lautan.... bukan lagi di Aquarium.....

Senin, September 19, 2011 | Posted in , , | Read More »

Inilah Alasan Mengapa Salafi Mesir Mendirikan Partai

Salah satu tokoh “Dakwah As Salafiyah” Dr. Yasir Burhami menyatakan “Walau kemungkinan adanya kerusakan dalam pemilu, namun partai ini akan menempuh beberapa kerusakan demi untuk menolak kerusakan besar yang bertentangan dengan Islam.” Demikian lansir Yaum As Sabi’ pada Rabu (14/9)Yasir juga mengakui bahwa demokrasi mengandung perkara yang bertentangan dengan Islam, salah satunya bahwa hukum milik Allah. Namun, menurutnya, partai An Nur yang didirikan oleh para aktivis komunitas Salafy hanya akan mengikuti demokrasi yang sesuai syariat. ”Adapun partai An Nur maka ia bersama demokrasi yang terikat dengan syariat Islam dan tidak terikat dengan dasar yang dimiliki Barat.”Pernyataan itu disampaikan Yasir di acara Muktamar I Hizb An Nur, yang dilaksanakan pada hari Selasa (13/9) sore di Damanhur Mesir, di hadapan 3000 massa dari pengikut komunitas ini. [hidayatullah/thoriq]

Sabtu, September 17, 2011 | Posted in , | Read More »

Berkumpul Karena Kecewa?

Oleh : Cahyadi Takariawan“Orang-orang yang berkumpul karena cinta saja masih bisa menimbulkan kekecewaan, bagaimana dengan orang-orang yang kumpul karena kecewa ?” demikian pesan yang saya tulis di dinding fesbuk saya, beberapa waktu yang lalu. Apa yang ingin saya sampaikan dalam pesan tersebut ?Pesan utama saya adalah tentang mengelola perasaan kecewa, maaf beribu maaf, beberapa postingan saya di blog ini telah menyampaikan pesan yang sama. Namun saya masih sering menjumpai keluhan kekecewaan, termasuk hari Ahad kemarin (11 September 2011), saat saya menghadiri acara Syawalan para aktivis dakwah di GOR Giri Wahana, Wonogiri, Jawa Tengah.Saya mendapatkan sms cukup panjang dari seorang sahabat, yang tengah mengalami kekecewaan yang mendalam dengan komunitasnya, beberapa menit sebelum saya harus “naik panggung” untuk memberikan Tausiyah Syawal. Saya cukup tersentak dengan isi sms tersebut, karena sangat lama tidak bertemu dan tidak mendengar berita tentang sahabat yang satu ini. Tiba-tiba mengirim pesan sms yang isinya ungkapan kekecewaan.Mengapa muncul kecewa ? Kita mulai dari yang paling sederhana. Dalam proses pernikahan, bersatunya seorang lelaki dan seorang perempuan dalam bahtera rumah tangga, diikat dengan kuat oleh rasa cinta. Mereka saling mencintai, maka mereka melangkah bersama membangun keluarga, dan merajut berbagai harapan dan cita-cita. Di tengah jalan, dua orang yang saling mencinta ini, bisa saling kecewa. Suami kecewa terhadap isteri, dan isteri kecewa kepada suami.Orang tua dan anak-anak dalam sebuah keluarga, tentunya mereka saling mencinta. Mereka berada dalam sebuah biduk rumah tangga, saling mencintai dan menyayangi satu dengan yang lain. Namun, anggota keluarga yang saling mencintai ini dalam perjalanannya bisa saling kecewa. Orang tua kecewa dengan anak-anak, atau anak-anak kecewa kepada orang tua. Bahkan di antara anak-anak, bisa muncul kekecewaan sesama mereka. Bukankah mereka berkumpul dengan ikatan dan energi cinta ? Ternyata masih bisa memunculkan perasaan kecewa di antara orang-orang yang saling mencinta.Dakwah dibangun dengan ikatan cinta. Gerbong dakwah melaju dengan berbagai proses dan dinamika, menuju harapan dan cita-cita yang telah dicanangkan. Dalam perjalanan inilah muncul friksi, muncul perbedaan pandangan, muncul gesekan satu dengan yang lain. Di antara orang-orang yang saling mencinta, akhirnya muncul perasaan kecewa. Muncul tuduhan, muncul praduga, muncul syak wasangka.Nabi saw adalah manusia pilihan, tanpa cacat dan cela sebagai seorang teladan. Para sahabat adalah generasi pilihan, yang menjadi generasi terbaik sepanjang sejarah Islam. Namun para sahabat sempat memiliki simpanan kekecewaan sesaat setelah Perjanjian Hudaibiyah selesai dikonstruksi Nabi saw dan Suhail. Lihat ekspresi kekecewaan mereka. Tiga kali Nabi saw memerintahkan, tak seorangpun dari para sahabat yang melaksanakan. Hanya dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah ini saja peristiwa itu mengemuka, tak pernah ada kejadian yang serupa.Kita juga ingat gumpalan kekecewaan sebagian sahabat dalam kisah pembagian harta seusai perang Hunain. Abu Sufyan bin Harb, tokoh penentang Islam sejak awal dakwah di Makah itu, telah mendapatkan bagian seratus ekor unta dan empat puluh uqiyah perak. Demikian pula Yazid dan Mu’awiyah, dua orang anak Abu Sofyan, mendapat bagian yang sama dengan bapaknya. Kepada tokoh-tokoh Quraisy yang lain beliau memberikan bagian seratus ekor unta. Adapula yang mendapatkan bagian lebih sedikit dari itu, hingga seluruh harta rampasan habis dibagikan.Melihat pembagian itu, para sahabat Anshar memandang lain. Muncullah gejolak di kalangan sahabat Anshar, hingga seorang di antara mereka berkata, ”Mudah-mudahan Allah memberikan ampunan kepada RasulNya, karena beliau telah memberi kepada orang Quraisy dan tak memberi kepada kami, padahal pedang-pedang kami yang menitikkan darah-darah mereka.” Adapula di antara mereka yang berkata, “Rasulullah sekarang telah menemukan kembali kaum kerabatnya.”Dalam kisah “pembangkangan” para sahabat usai Perjanjian Hudaibiyah dan kekecewaan usai Perang Hunain, semua berakhir dengan sangat indah dan cepat. Nabi saw sebagai qiyadah menyelesaikan suasana dengan sangat tepat, sehingga kekecewaan tidak membesar dan menjalar. Ini karena kepribadian Nabi sebagai manusia pilihan yang dikuatkan dengan wahyu, sehingga beliau tidak akan salah langkah. Tindakan beliau selalu tepat.Jika Kanjeng Nabi yang tanpa cela saja masih mendapatkan lontaran kekecewaan, bagaimana dengan kita yang sama sekali bukan Nabi, bukan pula sahabat Nabi, bukan muridnya para sahabat, bukan pula murid para tabi’in…. Jika sahabat Nabi saya masih bisa menyimpan kekecewaan, bagaimana dengan kita yang tidak memiliki kualitas sebagai sahabat Nabi….Kita hidup di zaman cyber, semua kejadian, semua peristiwa, semua kondisi dengan sangat cepat tersebar. Sangat cepat, tanpa batas, tanpa jeda waktu. Melalui emai, milis, twitter, fesbuk, blackberry messenger, sms, telpon dan lain sebagainya. Semua, apa saja terberitakan. Sayang, banyak yang tidak bisa membedakan mana data dan mana analisa. Semua berita yang muncul di internet dan dunia maya dianggap kebenaran.Di tengah kita tidak ada Kanjeng Nabi. Tatkala berbagai berita berseliweran tentang qiyadah, tentang dakwah, tentang jama’ah, dan tentang “segala sesuatu” yang cenderung menjadi gosip, sikap kita hendaknya mencontoh perilaku Kanjeng Nabi dan para sahabat beliau. Tentu saja tidak akan bisa sama sepenuhnya, namun jangan sampai lepas dari contoh keteladanan mulia mereka.Apa keteladanan mulia dari mereka ? Sangat banyak tentu saja. Pertama, landasan hubungan di antara Nabi dengan para sahabat adalah cinta kasih. Cinta dan kasih sayang timbal balik, telah terbentuk sangat kuat antara para sahabat dengan Nabi. Ini yang menyebabkan bahasa hati mereka selalu menyambung, selalu bertemu, selalu berada dalam kebersihan dan kebaikan.Kedua, didahulukannya sikap husnuzhan kepada qiyadah. Kendati ada kekecewaan, mereka tetap memiliki sikap yang positif sehingga mudah mendengarkan penjelasan dari Nabi. Mereka mudah mendengar dan menerima penjelasan Kanjeng Nabi, tanpa membantah dan menggerutu di belakang. Ini karena sikap positif yang mereka miliki, selalu tsiqah dengan qiyadah.Ketiga, para sahabat tidak membesar-besarkan dan mendramatisir permasalahan, sehingga masalah berada dalam ruang lingkup yang terbatas. Mereka tidak mengorganisir kekecewaan untuk dijadikan alasan memberontak atau tidak setia kepada qiyadah. Kisah kekecewaan para sahabat di Hudaibiyah sangat natural, tidak digerakkan, tidak diorganisir oleh seseorang. Kisah kekecewaan paska perang Hunain segera terlokalisir dengan disampaikannya hal tersebut kepada Nabi saw.Keempat, mereka tidak mengungkit-ungkit lagi permasalahan tersebut setelah selesainya kejadian. Setelah permasalahan selesai, clear, terang benderang, mereka kembali berkumpul, berjama’ah, berkegiatan bersama, seperti tidak pernah ada kejadian sebelumnya. Mereka tidak lagi mengungkit-ungkit “si Fulan dan si Falun ini dulu pernah melontarkan kekecewaan kepada Nabi”. Persoalan selesai, maka mereka kembali bersama seperti semula. Tidak ada dendam, tidak ada permusuhan yang terwariskan. Tidak ada sakit hati yang tersimpan.Jadi, kita hanya perlu duduk bersama. Mendengarkan bagian-bagian cerita, merangkai berbagai peristiwa, mencoba membuat sederhana hal-hal yang seakan-akan dibuat dan tampak sedemikian rumitnya. Jika memang ada yang terbukti melakukan kesalahan, tentu saja perlu diberikan teguran atau sanksi sesuai aturan organisasi dan sesuai tingkat kesalahan yang dilakukan. Namun jika yang terjadi hanyalah kesalahpahaman, maka tidak ada yang perlu diteruskan atau diperpanjang lagi. Semua sudah selesai, clear, dan saling memaafkan atas hal yang tidak pada tempatnya.Jadi, tidak perlu membuat perkumpulan karena kekecewaan. Tidak perlu membuat organisasi karena sakit hati. Tidak perlu konsolidasi untuk menyatukan pihak-pihak yang merasa kecewa atau merasa terzalimi. Karena perkumpulan seperti apa yang akan terbentuk, dari jiwa-jiwa kecewa ? Organisasi seperti apa yang akan muncul, dari hati-hati yang menyimpan benci ? Toh kelak ketika terbentuk organisasi, pasti ada yang kecewa lagi.Mari duduk saja bersama-sama. Membingkai hati, mengeja keinginan jiwa. Berbicara dengan bahasa ruhani, bukankah kita semua ini para kader yang saling mencinta ? Bukankah kita semua telah berikrar untuk selalu berada di jalanNya ? Termasuk ketika menyelesaikan permasalahan ? Bukankah kita semua sangat mencintai jalan dakwah ini ? Lalu mengapa harus mengambil langkah sendiri hanya karena tidak bisa memahami keputusan organisasi ?Wallahu a’lam. Saya hanya sulit mengerti, mengapa ada organisasi yang didirikan karena kekecewaan dan sakit hati. Padahal, aktivitas yang dirintis dengan sepenuh cinta saja, masih bisa menumbuhkan rasa kecewa.Pancoran Barat, 13 September 2011Sumber : http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=1608

Sabtu, September 17, 2011 | Posted in , , | Read More »

Mengoptimalkan dakwah di Bulan Ramadhan



Alhamdulillah, setelah kurang lebih 10 bulan berlalu, akhirnya sebentar lagi bulan penuh cinta itu akan segera datang mengisi hari hari kita, bulan yang dirindukan oleh para sahabat – sahabat nabi, sehingga karena mereka sangat rindu dengan bulan ini, sejak 2 bulan sebelumnya mereka telah mempersiapkan segala sesuatunya. Ya, bulan Ramadhan sebentar lagi hadir, dan tentu kita, apalagi sebagai seorang da’i, tidak ingin melewatkan momen bulan Pahala tersebut dengan sia – sia. Setidaknya, momen Ramadhan, selain program untuk memperbanyak amalan, adalah momen optimalisasi kerja – kerja dakwah kita, bukan justru malah berhenti samasekali. Kita juga tahu betul bahwa Ramadhan sebagai bulan tarbiyah bukanlah program yang berdiri sendiri. Jika lulus dari program Ramadhan dan kita telah masuk program Allah dalam bentuk tajdid al-fitrah di bulan Syawal (Idul Fitri), program pembekalan ruhul badzl wa tadh-hiyah di bulan Dzulhijah (Idul Adha) sudah menunggu. Di bulan itu kita disiapkan untuk menjadi pribadi yang total dalam berdakwah dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada.

Syakhshiyah (figur) dai yang seperti tersurat dalam ayat 207 Al-Baqarah dan ayat 111 At-Taubah lah yang diinginkan Allah swt. terbentuk di diri kita.

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 207)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (At-Taubah: 111)

Karena itu, kita sangat berharap nanti saat orang banyak bergembira lantaran meninggalkan Ramadhan, kita justru bersuka cita karena memiliki perbaikan fitrah. Sebab, hanya dengan kefitrahan yang utuhlah, kita akan sanggup menjalani kehidupan ini secara benar sesuai dengan syariat Islam yang Allah turunkan sebagai way of life (lihat Ar-Rum ayat 30). Jika fitrah kita tak utuh, maka daya serap dan aplikasi keislaman kita akan tidak sempurna.

Begitu pula saat Idul Adha tiba. Kebanyakan orang bergembira lantaran mendapat daging yang bisa disate bareng bersama tetangga, kita justru bergembira dengan ikrar kesiapan untuk berkorban secara total dalam berdakwah. Bagi kita, semangat fitrah tanpa pengorbanan bagaikan mesin tanpa bahan bakar. Mesin dakwah Islam tidak akan bergerak tanpa kesiapan memberi dan kesiapan korban di jalan Allah dari diri para penghasungnya.


Karena itu, bagi kita, mempertahankan fitrah dengan melanjutkan tradisi ibadah di bulan Ramadhan –meski dengan intensitas yang mungkin agak berkurang– menjadi kebutuhan. Dalam kerangka pengelolaan dakwah, setidaknya ada lima bentuk kegiatan yang harus kita jaga dalam iklim Ramadhan sepanjang tahun yang kita ciptakan. Maka berikut ada lima, menurut ustadz Muhammad Bugi (ustadz Dakwatuna) aktivitas yang seharusnya dilakukan oleh seorang da’i di bulan Ramadhan.

Pertama, senantiasa memperhatikan aktivitas intelektual (ansyithah fikriyah). Sebab, memelihara keutuhan fitrah sama artinya dengan merealisasikan ibadah yang terdiri dari dua aktivitas –seperti yang disebut ayat 190 surat Ali Imran–, yaitu tadzakur (dzikir) dan tafakur (berpikir).

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Jadi, keutuhan fitrah bukan hanya dijaga dengan ibadah dalam bentuk dzikir (baca: ibadah ritual), tapi juga dengan tafakur mempelajari rambu-rambu alam semesta hingga sampai pada pemahaman yang mencapai hakikat. Inilah aktivitas yang menjadi kelebihan Bapak kita, Adam, sehingga ia mendapat derajat yang lebih tinggi daripada makhluk-makhluk lain yang lebih senior sekalipun, baik malaikat maupun jin.

Fitrah manusia, orisinalitas keislaman, dan dakwah harus dibangun melalui proses ansyithah fikriyah. Dakwah tidak boleh hanya berorientasi pada ashalah aqidah, fikrah, dan manhaj saja. Sebab, jika ketiganya berlangsung tanpa pengembangan, kita akan terjebak pada kejumudan yang membawa malal (kebosanan) dan futur (kemandegan).

Padahal, kereta dakwah yang kita ada di dalamnya bertujuan untuk membangun sebuah peradaban baru yang menghidupkan nilai-nilai Islam dalam dimensi kekinian. Kita bukan saja ingin membentuk setiap individu dalam masyarakat kita sebagai muslim yang berakidah shahihah, tapi juga lokomotif peradaban baru berdasarkan nubuwah yang dibawa Nabi Muhammad saw. Karena itu, kerja-kerja pikir menjadi tuntutan yang harus dilakukan para dai jika ingin bisa mengendarai peradaban (rukub al-hadharah). Inilah hukum besi sejarah yang tidak bisa ditawar. Itulah tiket yang wajib kita miliki jika ingin menang di kancah pertarungan peradaban.

Dengan fitrah yang senantiasa terjaga keutuhannya dan visi-misi ibadah, seorang dai harus bisa memfungsikan peran kekhilafahan yang Allah swt. bebankan di atas pundaknya. Jadi, seorang dai memang bukan saja harus mampu memahami dinamika sejarah, tapi harus selangkah lebih maju dari isu-isu kemanusiaan, trend peradaban, dan perkembangan sosial-budaya-politik yang tengah terjadi.

Kedua, selalu memperhatikan pengembangan kerjasama dan penataan tatanan dakwah (tathwir amal jama’i wa tanzhimi). Sebagai dai kita harus memiliki al-fahm as-syamil wal iltizam al-kamil (pemahaman dan komitmen paripurna) untuk bisa menggerakkan dakwah dengan konsepsi syumuliyah mutakamilah. Fase-fase dakwah yang terus berkembang pesat, dari fase pembentukan kader, pembentukan keluarga-keluarga Islami, membentuk masyarakat Islami, hingga memperbaiki negeri, menuntut dipenuhinya unsur-unsur penyempurna dalam pendekatan dakwah yang sesuai dengan realitas dunia yang berkembang cepat.

Dakwah tidak bisa lagi hanya melakukan pengkaderan, tapi aktivitas yang beragam sesuai dengan fase dan skup dakwahnya. Namun, dalam fase apa pun, sumber daya penggerak dakwah (dalam bentuk waktu, jumlah kader, dan dana dakwah) selalu lebih sedikit dari yang dibutuhkan. Karena itu, kita harus cerdas mengelolanya dengan membuat prioritas amal jama’i yang tepat, syukur-syukur bisa ikut menggerakan program-program yang menjadi prioritas sekunder.

Dalam aktivitas dakwah yang telah menyentuh fase memperbaiki negara dan skup dakwah dengan spektrum yang luas, tidak lagi sekadar mencetak kader, dakwah memerlukan para pengusung yang siap memikul beban, bukan menjadi beban. Dakwah harus dipikul oleh kumpulan dai-dai sehat yang saling bersinergi memberi dan berkorban, saling membantu, senasib dan sepenanggungan untuk mengobati penyakit yang mengidap di tubuh umat.

Memang betul Rasulullah saw. pernah bersabda, “An-naasu ka ibili mi’ah laa takaadu tajidur rahhilah, manusia itu bagaikan seratus unta, tapi hampir saja dari jumlah yang banyak itu kamu tidak mendapatkan unta rahilah, yang sanggup membawa beban berat.” Karena itu, kita berdoa semoga kita adalah yang satu itu. Persis seperti perkataan Umar bin Khaththab, “Jika ada seribu orang muhajid berjuang di garis depan, aku satu di antaranya; jika ada seratus orang mujahid berjuang di garis depan, aku satu di antaranya; jika ada sepuluh orang mujahid berjuang di garis depan, aku satu di antaranya; jika ada satu orang muhajid berjuang di garis depan, itulah aku!” Mari kita tingkatkan kapasitas dan kapabilitas diri kita selalu cocok untuk memikul beban dakwah di setiap fase.

Ketiga, senantiasa memberi perhatian pada pengembangan ilmu, wawasan dan perabadan (tathwir ilmi wa tsaqafi wa hadhari). Ini aspek penting untuk meningkatkan penguasaan kita terhadap wasail (sarana) dan asalib (metoda) dalam memperjuangkan peradaban yang kita idamkan.

Kita harus mampu mengantisipasi masa depan dengan memahami perkembangan trend ilmu dan teknologi, trend ekonomi, politik dan budaya. Bahkan, kita harus maju melangkah dengan menjadikannya sebagai sarana dakwah. Karena itu, belajar dan tingkatkan terus wawasan kita. Serap informasi dunia, khususnya yang terkait dengan tathwir ilmi wa tsaqafi, sehingga kita mampu mengokohkan pemahaman masyarakat melalui unsur-unsur peradaban.

Keempat, memperhatikan pengembangan sosial dan ekonomi (tathwir ijtima’i wa iqtishadi). Berdakwah tentu saja berarti kita harus berinteraksi dengan masyarakat berikut dinamika peradaban yang melingkupnya yang terus menerus berubah. Tentu saja tanpa kita menanggalkan prinsip dan kepribadian Islam yang telah menjadi jati diri kita.

Untuk itu, Rasulullah memberi empat resep pola pendekatan yang jitu: pertama, pendekatan budaya dan bahasa, khatibun naas ala qadri lughatihim, berbicara dengan manusia sesuai bahasa mereka. Kedua, pendekatan intelektual, khatibun naas ala qadri uqulihim, bicaralah dengan manusia sesuai kemampuan nalarnya. Ketiga, pendekatan sosial, anzilun nas manazilahum, tempatkanlah manusia sesuai dengan kedudukan mereka. Keempat, pendekatan ekonomi, tu’khadzu min aghniyaaihim wa turaddu ila fuqaraihim, ambillah sebagai harta orang kaya dan bagikanlah kepada orang-orang miskin di antara mereka.

Namun, Rasulullah saw. juga bersabda, “Orang yang tidak punya, tidak bisa memberi.” Karena itu, di kalangan para dai harus ada ta’awun ijtima’i dan iqtishadi. Jangan sampai ada teman seperjuangan kita yang mengeluh masalah pemenuhan kehidupan sehari-hari.

Kelima, perhatian pada pengembangan politik (tathwir siyasi). Bentuknya berupa kemampuan mendayagunakan apa yang ada untuk tujuan dakwah. Kisah Nabi Yusuf mengajarkan kepada kita bahwa sumber daya kafir sekalipun (struktur kerajaan dan masyarakat Mesir waktu itu) bisa dikendalikan sang dai untuk mensukseskan misi dakwahnya.

Begitu juga Rasulullah saw. dengan Piagam Madinahnya di awal-awal hijrah. Beliau mampu membuat rekayasa politik yang positif dengan membentuk kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat lain untuk mempertahankan kota Madinah jika diserang musuh.

Jadi, seorang dai tidak alergi untuk membentuk aliansi strategis dengan kelompok-kelompok yang memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama ingin mempertahankan kedaulatan negara dan menyejahterakan masyarakat. Dengan stabilitas politik dan ekonomi yang tercipta, dakwah akan bisa dilakukan lebih masif dan mengcover semua penduduk negeri. Itulah rahasia kemenangan perjanjian Hudaibiyah yang baru belakangan diketahui oleh para sahabat. Setelah perjanjian itu ditandatangani, dakwah bisa disebarkan melampaui batas-batas wilayah Arab (sampai ke Persia dan Romawi), sebab para dai tidak lagi disibukan dengan kegiatan perang.

Begitulah cara dai memaknai Ramadhan dan beraktivitas menciptakan suasana Ramadhan di luar Ramadhan. Semoga menginspirasi.

Sumber : Dakwatuna.com

Sabtu, Juli 30, 2011 | Posted in , | Read More »

Blog Archive

Labels